Cerita Rakyat Dalam Bahasa Jawa Yang Imajinatif
Sastra lisan merupakan bentuk karya yang paling mudah dimengerti oleh setiap kalangan, karena pada sastra lisan kita akan disampaikan cerita yang biasanya merupakan tradisi turun temurun yang berada pada setiap daerah masing-masing. Sastra lisan tentunya akan berbeda pada setiap daerah, selain itu yang mempermudah penyebaran sastra lisan adalah penggunaan bahasa yang familier pada daerah masing-masing sehingga sangat mudah dipahami terutama penduduk asli daerah tersebut. cerita rakyat dalam bahasa jawa merupakan salah satu sastra lisan juga yang berkembang di daerah yang notabenenya berbahasa Jawa. Sastra lisan juga bisa menjadi budaya pada sebuah kelompok masyarakat yang akan diteruskan secara turun-temurun.
Sastra lisan adalah sesuatu yang ditujukan di hadapan para pendengar yang kemudian di evaluasi dengan baik dari dari cara penyampaiannya maupun isi dari cerita tersebut. sebagai bahan koreksi evaluasi merupakan bentuk dari perhatian yang diberikan oleh para pendengarnya, hal tersebut sesuai dengan pendapat Wiget (dalam Lautner). Ada contoh dalam sastra lisan, yaitu cerita rakyat dalam bahasa jawa, seperti yang sudah disebutkan di atas.
Contoh dari cerita timun mas:
“Dek jaman biyen ing salah sawijining desa, ana mbok randa sing urip dewe ora ana anak utawa sedululur. Amarga urip dewe mbok randa mau kepengin duwe anak. Saben dina mbok randa ndonga awan bengi ing ngarsane Gusti Allah supaya diwenehi anak. Deweke yakin menawa penjaluke bakal di kabulake dening Gusti Allah.
Tanpa sangertine mbok randa, anggone donga awan bengi ing omahe kuwi mau keprungu Buto ijo sing kebeneran liwat sacedhake kono. Buto ijo banjur nyeluk mbok randa supaya metu saka omahe. mbok randa kaget ngerteni ana Buto ijoing ngarep omahe.”
Ragam Cerita Rakyat dalam Bahasa Jawa
Selain timun mas, sebenarnya masih banyak lagi cerita Jawa. Itu hanya salah satu dari sekian banyak cerita. Sekarang sudah jarang sekali orang tua atau guru yang menceritakan tentang cerita daerah, apalagi berbahasa Jawa. Guru pun hanya tuntutan dalam mengajar, kalau tidak ada tuntutan belum tentu mau melestarikan atau mengajarkan tentang cerita rakyat apalagi berbahasa Jawa.
Anak jaman sekarang sudah lebih memilih budaya luar, seperti Jepang, Korea, atau negara lainnya untuk bergaya atau berbudaya. Padahal budaya kita sendiri kaya akan keragaman, keindahan dan semacamnya. Kenapa mereka malah mencari kesulitan di luar sana, dengan menirukan budaya bangsa lain. Mereka malah bangga dengan kehebatan mereka dalam menirukan budaya bangsa lain.
Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang siapa lagi, yang akan melestarikan budaya kita. Yaa walaupun hanya dengan cerita rakyat dalam bahasa jawa. Tapi walau hanya dengan itu, bangsa bisa maju. Sebuah bangsa hebat, bagus, indah, itu dilihat dari budayanya.